Ini 6 Pembunuh Berantai yang Pernah Hebohkan Indonesia Selain Rian Bogor

Tindak kejahatan pembunuhan berantai atau serial killer kembali terjadi di Indonesia. Sebelumnya, beberapa pembunuhan berantai juga pernah menggegerkan tanah air. Polisi telah menangkap Muhammad Rian, pelaku pembunuhan berantai di pondokan kos di Depok, Rabu (10/3/2021) malam.

Pemuda berumur 21 tahun itu adalah pelaku pembunuhan dua perempuan sejak pertengahan Februari 2021. Rian mulanya membunuh seorang siswa SMA di Bogor dan membuangnya di pinggir Jalan Raya Cilebut, Kota Bogor pada Kamis (25/2/2021). Ia membawa jasad korban dalam tas gunungnya. Lalu, Rian juga membunuh seorang ibu satu anak berumur 23 tahun. Pelaku membuang jasad korban di lahan pemakaman Mbah Arya, Megamendung, Bogor. Warga menemukan jasad korban pada Rabu (10/3/2021) pagi.

Kedua korban diketahui pergi dari rumah pada hari sebelumnya. Pelaku berkenalan dengan para korbannya melalui media sosial Facebook. Kasus pembunuhan berantai serupa juga pernah terjadi di Indonesia. Berikut beberapa kasus pembunuhan berantai yang sempat mengegerkan tanah air.

Pada 2008 Indonesia sempat geger karena kasus pembunuhan 11 orang di Jombang Jawa Timur. Polisi belakangan menangkap Very Idham Henyansyah atau Ryan. Pembunuh berjuluk The Smiling Killer itu memutilasi korban korbannya. Kasus pembunuhan berantai ini berawal dari penemuan jasad Heri Santoso di Kebagusan, Jakarta Selatan. Ryan membunuh Heri karena cemburu. Tempat kejadian perkara ini terletak di Margonda Garden Residence, Jalan Margonda Raya, Depok.

Saat polisi membawa Ryan ke Jombang, terungkap ada mayat seorang korban lain di dalam tanah halaman rumah pelaku. Karena curiga, polisi terus menggali dan menemukan 9 korban lain. Pengadilan Negeri Depok memvonis hukuman mati bagi Ryan pada 6 April 2009. Upaya banding dan kasasi atas vonis itu ditolak. Sampai saat ini, ia belum dieksekusi mati. Seorang anak berumur 9 tahun menghilang di Jakarta. Orang tua anak itu pun mengadukan hal ini pada polisi.

Anak itu belakangan ditemukan dalam kondisi tewas terpotong potong pada 8 Januari 2010. Polisi akhirnya menangkap Baekuni di pondokan Gang Masjid Haji Dalim, Pulogadung, Jakarta Timur. Laki laki asal Magelang, Jawa Tengah ini pernah mengalami penyodoman oleh seorang preman saat menjadi gelandangan di Jakarta. Peristiwa tragis ini membuatnya mengidap pedofilia, hasrat seksual menyimpang pada anak. Babe juga menjadi penderita nekrofilia situasional, hasrat seksual pada mayat dalam kondisi tertentu.

Babe ternyata kerap melakukan sodomi pada anak jalanan sejak 1993. Korban berumur di kisaran 4 hingga 14 tahun. Penyelidikan polisi juga menemukan, Babe telah membunuh 14 anak jalanan. Empat orang korban di antaranya juga dimutilasi oleh Babe. Pengadilan Negeri Jakarta Timur (PN Jaktim) memutuskan vonis penjara seumur hidup kepada Baekuni. Mahkamah Agung telah menguatkan putusan ini dan vonis itu telah berkekuatan tetap.

Muhammad Delvi, Supiyan Herman, dan Dita Desmala Sari adalah tiga pembunuh berantai yang menewaskan 7 orang pada 2013 2014 di Siak, Provinsi Riau. Pelaku masing masing berusia 17 tahun, 25 tahun dan 17 tahun saat melakukan kejahatannya. Delvi adalah mantan suami Dita. Sementara, Supiyah adalah teman Delvi. Motif pembunuhan ini adalah menjadikan korbannya sebagai tumbal. Lima dari 7 korban adalah anak berusia 5 10 tahun. Sementara, seorang korban lain berusia 40 tahun penderita keterbelakangan mental dan korban terakhir berusia 19 tahun.

Delvi awalnya melakukan kejahatannya sendiri. Lalu, ia mengajak Dita yang saat itu masih menjadi istrinya. Dita membantu Delvi melakukan 3 pembunuhan lainnya. Setelah bercerai dengan Dita, Delvi kembali beraksi sendiri. Lalu, ia mendapat bantuan dari Supiyan untuk melakukan 2 pembunuhan terakhir. Para pelaku melakukan sodomi pada korbannya. Kemudian, mereka membunuh, memutilasi, dan mengubur jasad korban di hutan.

Polisi menangkap Delvi di rumahnya pada 22 Juli 2014. Penangkapan ini berdasarkan laporan para saksi yang melihat seorang anak berjalan bersama Delvi dan Supiyan di satu lokasi di Siak. Ketiga pelaku mendapat vonis hukuman mati dari majelis hakim Pengadilan Negeri Siak pada Kamis (12/2/2015). Siapa sangka ada sosok pembunuh berantai sadis Indonesia yang berjenis kelamin perempuan, lho. Dia adalah Astini atau yang lebih dikenal dengan nama Nyonya Astini.

Awal mulai diketahui ada kasus pembunuhan adalah karena warga menemukan potongan kepala dalam kantung plastik. Setelah diusut, diketahui ternyata Astini membunuh tetangganya dan 2 tetangga lainnya yang menagih utang dengan kata kata kasar. Astini sendiri membunuh 3 tetangganya dan memutilasi tubuh korban menjadi 10 bagian.

Setelah divonis mati pada Oktober 1996, Astini sendiri dieksekusidengan cara ditembak dalam posisi duduk dan mata terbuka pada Maret 2005 lalu. Rio Martil sendiri sebenarnya punya nama lengkap Antonius Rio Alex Bulo. Namun disebut sebagai Rio Martil karena membunuh 4 korbannya dengan martil kesayangannya dan mencuri kendaraan yang mereka miliki. Rio Martil divonis hukuman mati di Pengadilan Negeri Purwokerto dan dipindahkan ke Nusa Kambangan pada tahun 2001.

Namun di tahun 2005, ternyata Rio kembali membunuh. Kali ini korbannya adalah teman satu sel tahanan yang juga guru mengajinya sendiri. Akhirnya, Rio Martil dieksekusi dengan ditembak pada tanggal 8 Agustus 2008. Siswanto atau yang lebih dikenal dengan nama Robot Gedek ini mungkin jadi salah satu pembunuh berantai paling sadis di Indonesia.

Pada tahun 1994 1996, Robot Gedek pernah membunuh 12 orang anak laki laki yang berusia 9 15 tahun, menyodomi korbannya yang sudah menjadi mayat, memutilasi, mengambil isi perut dan meminum darah korbannya! Robot Gedek sendiri mengaku selalu menikmati aksinya dan nggak merasa bersalah. Bahkan potongan tubuh tertentu dari korbannya ada yang disimpan sebagai kenang kenangan. Makanya, Robot Gedek akhirnya dijatuhi hukuman mati. Namun, Robot Gedek ternyata harus meninggal akibat serangan jantung pada Maret 2007.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *